Selasa, 01 November 2016

Cerpen Laa Raiba

                 Ku terbangun di pagi yang masih sangat gelap karena dentingan lonceng atau jaros kami menyebutnya, berbunyi nyaring hingga membuat kami terbangun. Kulihat teman-temanku yang masih terlelap, lalu ku bangunkan juga mereka.
                 Tanpa ku sadari bajuku telah ku ganti seiring ku membangunkan teman-temanku. Setelah itu Aku pergi ke hammam untuk mengambil air wudhu . Sembari menunggu lantunan azan subuh, ku buka kitab suci nan agung Al Quranul Karim lalu ku baca hingga lantunan adzan subuh berkumandang.
                 Setelah shalat subuh ku laksanakan lalu aku kembali ke kamar, Ketika hendak ke kamar, ku lihat salah satu anggota rayon yang masih tidur lalu ku bangun kan ia "Akhi, kum,kum,kum, shallu subhi ya akhi"  Kata ku membangunkan.Lalu ia bangun dan segera bergegas ke midha'ah dan mengambil air wudhu.



                Semsampai di kamar, mataku masih terasa ngantuk. Dengan segera ku rebahkan badan ku lagi untuk melanjutkan tidur ku. Tak beberapa lama kemudian, teman seperjuangan ku membangunkan aku dan temanteman yang lain yang masih tidur sambil berkata "Hey, bangun-bangun , kumpul di Ri'ayah , ada pengabsenan". Seketika itu badan ku langsung terbangun dan bergegas ke depan Ri'ayah.
               Seusai pengabsenan ngantuk ku menghilang, "daripada ngantuk ini menyerang lagi lebih baik aku mandi" kataku sambil menyegerakan diriku menuju hammam untuk mandi, karena jika telat aku takkan mendapatkan hammam dan terpaksa harus mengantri. Ya itulah tradisi kehidupan yang ada di pondok. "Siapa cepat dia dapat".
               Jaroz untuk masuk kelas pun berbunyi. Di pondok ini ada dua jenis jaros, yang pertama jaros besi yang di bunyikan oleh tenaga manusia dan biasanya jaros besi ini berlaku di saat tidak masuk sekolah. Jadi saat masuk sekolah kami menggunakan jaros listrik. Aku yang sedari tadi sudah siap kini beranjak menuju lapangan, untuk melakukan kegiatan seperti biasa ya'itu berdo'a bersama sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas di mulai.
                                                                                                                      
               Seperti biasa, saat di kelas Aku belajar seperti biasa. Tapi kali ini Aku merasa sedikit bebeda dari biasanya. Aku merasakan mengantuk yang sangat berat yang tak bisa ku tahan. Tapi demi menghormati ustad dan ustazah yang sedang mengajar, Aku harus rela menahan rasa ngantuk itu dengan segala cara.
               Ting nung ning nung....Suara jaros istrhat pun berbunyi. Pelajaran pun di tutup dengan lafadz hamdalah oleh ust yang sedang mengajar di kelas kami kelas 6 bahasa. Aku pun segera ke kantin untuk sarapan.heheee...ma'lum udah biasa sarapan jam 10 pagi.
               Anak-anak sangat ramai di kantin. Banyak dari mereka yang belanja di kantin untuk menambah jatah sarapan pagi mereka. Tiba-tiba saat ingin belanja di kantin uangku hilang. Aku kebingungan mencarinya. Lalu aku kembali ke kamar untuk mengambil uang lagi, karena mau tidak mau harus makan karena dari tadi malam aku belum makan. 
              Di kelas yang terbuka yang dikelilingi oleh pohon pisang dan dua sungai yang melintang mengapit kelas kami. Suara burung berkicau dengan riangnya dan suara derasnya sungai menemani proses belajar mengajar di kelas bahasa setiap hari. Tanpak di sudut kelas sana, Rodian yang tengah mengipas ngipaskan bukunya karena sedang kepanasan. Lalu ia menengok ke arah ku lalu berkata "Bon nggak mu kepanasan ?" katanya bertanya "ya jelas panaslah, hari ini kan matahari hanya 10 jengkal di atas atap" kata ku candaku menimbal.
             Ya memang, meski kami di kelilingi pepohonan, tapi tetap saja atap kelas kami tak terkalahkan oleh kawanan pohon pohon pisang, tetap saja panas. Tapi tetap saja yang namanya ngantuk tetap ada di dalam kelas, dan banyak teman temanku yang tidur walaupun menderita panas yang luar biasa menembus baju, bahkan kulit kami. Dan terkadang angin sepoi sepoi datang menghampiri kami, hanya untuk menyejukkan kelas kami walau hanya sebentar saja.
             "Yeeee....udah jaros ust" kata dedi ketika jaros pulang sekolah berbunyi. Yang kemudian menyegarkan mata teman teman ku yang mengantuk. Lalu pelajaran di tutup dengan sama sama membaca Alhamdulillah.
               Saat perjalanan menuju kamar, ditengah terik matahari yang sangat menyengat, Terlihat bayang-bayang sosok ustazah yang terlihat tak asing lagi bagi santri, yang manis wajahnya bikin diabetes seluruh santri."Kayaknya, kali ini saya yang akan diabetes nih" kataku dalam hati saat hampir berpapasan  dengannya. Tapi itu tidak berlangsung lama, hanya sekilas saja dan saya beruntung akan hal itu. Jika tidak, pasti kena diabetes lagi heheeee...
               Seperti biasa jika sudah siang, mata-mata kami pastilah mengantuk, dan tidak mudah untuk kami, melawan rasa ngantuk itu. Tapi kali ini aku tidak mengantuk karena sudah berpapasan sama ustazah yang tadi heheee...., maklum gejala diabetesnya tinggi,
               Karena tidak mengantuk saya segerakan untuk mengambil air wudhu sebelum ngantuk ini menyerang lagi."Shallu,shallu,shallu" kata ku menyinggung teman ku yang sudah tak bisa melawan rasa ngantuknya. Tapi kurasa itu tidak di dengarkan oleh mereka, lalu kulanjutkan solatku.
              
                                                                                                                   
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar